Tidak akan datang hari kiamat sehingga orang jahat semakin bertambah dan orang terhormat semakin berkurang (Hadith Riwayat Tirmidzi).
Kata kata terhormat di akhir zaman seperti sekarang ini kerap disalah artikan. Terhormat kadangkala disandangkan pada orang orang yang banyak menghabiskan waktu hidupnya untuk berlomba-lomba untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang sebenarnya tidak terhormat. Contohnya, memuaskan hawa nafsu sendiri dengan menyalah gunakan amanah.
Padahal dalam suatu hadits qudsi diisyaratkan, salah satu cara menilai diri kita adalah dengan mendengar perilaku-perilaku kita dari orang lain. Misalnya,periksalah apa kata orang terhadap pribadi-pribadi “terhormat” yang menipu rakyat dengan projek-projek kebendaan, pribadi-pribadi “terhormat” yang bersumpah untuk mewakili rakyat namun ternyata lebih mewakili keinginan pribadi, atau pribadi-pribadi “terhormat” yang lebih mementingkan kroni berbanding membela nasib rakyat. Siapapun yang berhati jujur pasti malu mengakui diri terhormat bila mendengar dirinya berperilaku demikian dan bahkan benci kalau perbuatan perbuatan demikian dilakukan orang lain.
Namun akhir zaman seperti sekarang ini, rasa malu dan kejujuran telah mula padam dari hati kebanyakan manusia. Itulah sebabnya, orang-orang yang benar-benar terhormat, iaitu orang-orang yang masih jujur dan memiliki rasa malu untuk berbuat jahat, telah menjadi kaum yang sedikit atau langka. Sehingga dalam sejumlah keputusan yang harus dibuat, jarang dimenangkan oleh orang-orang yang sedikit ini kerana jumlah undi suaranya yang sedikit. Namun demikian, menurut Rasulullah SAW, pada hakikatnya orang-orang yang sedikit itulah yang menang kerana telah menang dari pertempuran melawan hawa nafsu.
Padahal dalam suatu hadits qudsi diisyaratkan, salah satu cara menilai diri kita adalah dengan mendengar perilaku-perilaku kita dari orang lain. Misalnya,periksalah apa kata orang terhadap pribadi-pribadi “terhormat” yang menipu rakyat dengan projek-projek kebendaan, pribadi-pribadi “terhormat” yang bersumpah untuk mewakili rakyat namun ternyata lebih mewakili keinginan pribadi, atau pribadi-pribadi “terhormat” yang lebih mementingkan kroni berbanding membela nasib rakyat. Siapapun yang berhati jujur pasti malu mengakui diri terhormat bila mendengar dirinya berperilaku demikian dan bahkan benci kalau perbuatan perbuatan demikian dilakukan orang lain.
Namun akhir zaman seperti sekarang ini, rasa malu dan kejujuran telah mula padam dari hati kebanyakan manusia. Itulah sebabnya, orang-orang yang benar-benar terhormat, iaitu orang-orang yang masih jujur dan memiliki rasa malu untuk berbuat jahat, telah menjadi kaum yang sedikit atau langka. Sehingga dalam sejumlah keputusan yang harus dibuat, jarang dimenangkan oleh orang-orang yang sedikit ini kerana jumlah undi suaranya yang sedikit. Namun demikian, menurut Rasulullah SAW, pada hakikatnya orang-orang yang sedikit itulah yang menang kerana telah menang dari pertempuran melawan hawa nafsu.
No comments:
Post a Comment